Sudah diketahui bahwa penggunaan aminoglokosid
(gentamisin, neomisin, streptomisin) secara sistemik dapat menyebabkan
toksisitas koklea dan vestibuler. Pertanyaan yang muncul selanjutnya adalah
apakah obat-obatan ini, yang sering digunakan secara topikal pada telinga
tengah, juga dapat menyebabkan ototksisitas. Data yang diambil dari percobaan
binatang menunjukkan hasil yang seragam bahwa hampir semua antibiotik golongan
aminoglikosid yang digunakan sebagai preparat topikal telinga tengah bersifat
ototoksik. Sehingga penggunaan antibiotik topikal golongan makrolid dibatasi
pada kelainan telinga luar saja dengan membran timpani intak namun masih dengan
risiko ototoksik.
Pada pengobatan infeksi telinga, preparat antibiotik
topikal telinga memiliki kelebihan dibandingkan pemberian sistemik.
Kelebihannya antara lain konsentrasi antibiotik yang lebih tinggi di daerah
infeksi, tidak berefek sistemik, dapat memperbaiki keadaan sekitar daerah
infeksi dan biasanya harganya lebih murah bila dibandingkan dengan pemberian
sistemik. Penggunaan tetes telinga juga dapat memperbaiki kondisi di dalam
rongga telinga. Di saluran telinga luar, pH normalnya sedikit asam, sehingga
pemberian antibiotik tetes telinga dalam larutan yang sedikit asam dapat
mengembalikan dan memperkuat sistem pertahanan alami saluran telinga luar.
Apabila antibiotik tetes telinga tidak berhasil mencapai
daerah infeksi maka hasilnya tidak akan efektif. Hal ini dapat terjadi karen
beberapa hal seperti cara pemberian atau penetesan yang tidak benar, liang
telinga luar tertutup serumen, sekret yang purulen, atau jaringan granulasi
yang menghalangi masuknya obat tetes telinga ke dalam ruang telinga tengah.
Efektifitas tetes telinga dapat diperbaiki dengan pembersihan liang telinga
luar dengan baik dan penggunaan hidrogen peroksida.
Pada penelitian tercatat ada 54 kasus penggunaan
gentamisin topikal telinga, digunakan pada telinga tengah atau rongga mastoid
yang terbuka, yang menyebabkan ototoksisitas auditori yang berkaitan.
Penelitian tersebut juga menyebutkan 11 pasien yang mengalami ototoksisitas
auditori akibat penggunaan neomisin-polimiksin tetes telinga.
Pada penelitian lain yang dilakukan Linder, dari 134
pasien yang dicurigai mengalami ototoksisitas yang berhubungan dengan
penggunaan antibiotik, hanya 2 pasien yang secara signifikan mengalami
kerusakan sensori neural dikarenakan penggunaan berlebih tetes telinga yang
mengandung polimisin dan framesetin dengan adanya kerusakan membran timpani.
Oleh karena itu direkomendasikan untuk menggunakan
preparat antibiotik tetes telinga yang bebas dari efek samping ototoksik. Obat
tetes telinga yang mengandung aminoglikosid tidak disetujui oleh FDA untuk
digunakan pada telinga tengah atau rongga mastoid yang terbuka. Bahkan pada
label informasi obat terdapat peringatan bahwa obat-obatan ini tidak boleh
digunakan jika gendang telinga tidak utuh. Meskipun bukti-bukti yang
menunjukkan adanya kerusakan telinga dalam akibat pemakaian aminoglikosid yang
bersifat ototoksik masih jarang, namun juga dilaporkan bahwa tidak ada kelebihan
dari aminoglikosid yang ototoksik bila dibandingkan dengan aminoglikosid yang
non-ototoksik. Sehingga apabila obat-obatan yang ototoksik ini terpaksa
digunakan pada telinga tengah atau rongga mastoid maka penggunaannya harus
dibatasi pada infeksi telinga akut dan harus segera dihentikan setelah
infeksinya reda, dan pasien atau keluarga pasien harus diberitahu tentang
risikonya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar