Senin, 03 Desember 2012

Apa sih Amandel?

Tonsil (amandel) adalah massa yang terdiri dari jaringan limfoid dan ditunjang oleh jaringan ikat dengan kriptus di dalamnya. Terdapat tiga macam tonsil yaitu tonsil faringeal (adenoid), tonsil palatina, dan tonsil lingual yang membentuk lingkaran yang disebut cincin Waldeyer.


Gambar 1. Cincin Waldeyer

Tonsil Palatina
Tonsil palatina adalah suatu massa jaringan limfoid yang terletak di dalam fosa tonsilaris pada dinding lateral orofaring. Tonsil palatina berbentuk oval dengan panjang 2-5 cm, masing-masing tonsil mempunyai 10-30 kriptus yang meluas ke dalam jaringan tonsil. Tonsil tidak selalu mengisi seluruh fossa tonsilaris, daerah yang kosong diatasnya dikenal sebagai fossa supratonsilar. Tonsil terletak di lateral orofaring. Dibatasi oleh:
  • Lateral             à Muskulus konstriktor faring superior
  • Anterior           à Muskulus palatoglosus
  • Posterior          à Muskulus palatofaringeus
  • Superior           à Palatum mole
  • Inferior            à Tonsil lingual

Gambar 2. Anatomi Tonsil.
  Pendarahan
Tonsil mendapat pendarahan dari cabang-cabang arteri karotis eksterna, yaitu
  1. Arteri maksilaris eksterna (arteri fasialis) dengan cabangnya arteri tonsilaris dan arteri palatina asenden.
  2. Arteri maksilaris interna dengan cabangnya arteri palatina desenden.
  3. Arteri lingualis dengan cabangnya arteri lingualis dorsal.
  4. Arteri faringeal asenden.

Kutub bawah tonsil bagian anterior diperdarahi oleh arteri lingualis dorsal dan bagian posterior oleh  arteri palatina asenden, diantara kedua daerah tersebut diperdarahi oleh  arteri tonsilaris. Kutub atas tonsil diperdarahi oleh  arteri faringeal asenden dan  arteri palatina desenden. Vena-vena dari tonsil membentuk pleksus yang bergabung dengan pleksus dari faring. Aliran balik melalui pleksus vena di sekitar kapsul tonsil, vena lidah dan pleksus faringeal.


Gambar 3. Vaskularisasi Tonsil.

Aliran Getah Bening
Aliran getah bening dari daerah tonsil akan menuju rangkaian getah bening servikal profunda (deep jugular node) bagian superior di bawah muskulus sternokleidomastoideus, selanjutnya ke kelenjar toraks dan akhirnya menuju duktus toraksikus.

 Persarafan
Tonsil bagian atas dipersarafi oleh serabut nervus trigeminus (Nervus V) dan bagiah bawah mendapat sensasi dari cabang serabut saraf ke IX (nervus glosofaringeal).
Gambar 4. Persarafan Tonsil.

Ruang Peritonsilar
Ruang peritonsilar letaknya berbatasan sebelah medial dengan kapsul tonsila palatina, sebelah lateral dengan muskulus kontriktor faring superior, sebelah anterior dengan pilar anterior dan sebelah posterior dengan pilar posterior. Akumulasi nodus berlokasi di antara kapsul tonsil palatina dan otot-otot konstriktor faring.


Gambar 5. potongan melintang leher setinggi orofaring.1. Ruang faringomaksila; 2. Ruang vascular dalam; 3. Ruang retrofaringal; 4. Danger space; 5. Ruang prevertebra

Imunologi Tonsil
Tonsil merupakan jaringan limfoid yang mengandung sel limfosit.  Limfosit B membentuk kira-kira 50-60% dari limfosit tonsilar.  Sedangkan limfosit T pada tonsil adalah  40%. Tonsil mempunyai dua fungsi utama yaitu 1) menangkap dan mengumpulkan bahan asing dengan efektif serta 2) sebagai organ utama produksi antibodi dan sensitisasi sel limfosit T dengan antigen spesifik.


Jumat, 02 November 2012

Septum Deviasi


Septum nasi adalah suatu dinding yang memisahkan hidung menjadi dua rongga yang terdiri dari bagian karilago yang lunak, kartilago quadrangularis, tulang yang sangat tipis, lamina perpendicularis os ethmoidalis, dan tulang yang lebih tebal, yakni os vomer, dan bagian-bagian kecil dari os maxilla, os palatum, os nasal, dan os sphenoidalis
Bentuk septum normal adalah lurus di tengah dan memisahkan dua jalan aliran udara pada hidung tetapi pada orang dewasa biasanya septum tidak lurus di tengah. Deviasi septum adalah suatu keadaan dimana ada pergeseran septum dari garis tengah. Deviasi septum yang ringan (1 atau 2 mm) masih dalam batas normal dan tidak akan mengganggu, akan tetapi bila deviasi itu cukup berat, akan menyebabkan penyempitan pada salah satu sisi hidung.



Para ahli ada yang membagi deformitas septum nasi menjadi 4 dan ada yang membaginya menjadi 7 (klasifikasi Mladina). Pembagian menjadi 4 macam deformitas septum nasi meliputi:
  1. Deviasi,berbentuk huruf C atau S
  2. Dislokasi, yaitu bagian bawah kartilago septum keluar dari krista maksilla dan masuk ke dalam rongga hidung
  3. Penonjolan tulang atau tulang rawan septum, bila memanjang dari depan ke belakang disebut krista, dan bila sangat runcing dan pipih disebut spina
  4. Bila deviasi atau krista septum bertemu dan melekat dengan konka dihadapannya disebut sinekia. Bentuk ini akan menambah beratnya obstruksi.
Pembagian menjadi 7 macam deformitas septum nasi meliputi:
  1. Penonjolan unilateral yang tidak mengganggu katup hidung
  2. Penonjolan unilateral yang mengganggu fungsi katup hidung
  3. Satu penonjolan yang terdapat di bagian atas konka nasalis media
  4. Satu penonjolan di bagian atas konka nasalis media dan satu penonjolan lainnya di sisi yang berlawanan
  5. Satu jembatan terbentuk di bagian bawah septum
  6. Terdapat sulcus di bagian caudo-ventral septum, sedangkan di sisi yang berlawanan terbentuk jembatan sehingga menambah ketidaksimetrisan rongga hidung
  7. Pola yang merupakan campuran deformitas 1 – 6

Etiologi yang paling lazim adalah trauma, yang mungkin intrauterus atau timbul selama persalinan atau bahkan selama masa kanak-kanak dini atau lebih lanjut. Cedera selama masa pertumbuhan dan perkembangan mempunyai dampak yang lebih besar dibandingkan cedera serupa yang dialami setelah dewasa. Penyebab lainnya adalah ketidakseimbangan pertumbuhan. Tulang rawan septum nasi terus tumbuh, meskipun batas superior dan inferior telah menetap.

Penatalaksanaan bervariasi dari tidak melakukan apa-apa bila pada hakekatnya pasien asimtomatik, pemberian analgesik bila pasien menderita sakit kepala, dekongestan untuk mengurangi sekret, antibiotik untuk mencegah infeksi sampai pembedahan septum yang luas. Aspek pentingnya seberapa jauhgejala tersebut mengganggu pasien. Operasi ini harus dilakukan oleh ahli yang mengetahui cara pembedahan saluran pernapasan hidung.

Pembedahan deviasi septum mempunyai indikasi primer obstruksi saluran pernapasan hidung. Indikasi-indikasi lain timbul pada pasien yang mengalami epistaksis; pada kasus ini septum perlu dioperasi untuk membuang deformitas dan mencapai lokasi perdarahan. Suatu operasi mungkin diperlukan karena deformitas ini merupakan predisposisi bagi rinosinusitis berulang atau karena abnormalitas bermakna yang tidak hanya mengganggu fungsi saluran pernapasan hidung dengan menimbulkan obstruksi hidung tetapi juga menyebabkan gejala-gejala seperti nyeri kepala dan nyeri wajah. Indikasi lain bagi operasi septum nasi adalah untuk mencapai os sphenoidalis bagi lesi-lesi di sinus sphenoidalis, atau untuk mencapai sella tursika dan kelenjar pituitaria. Lebih lanjut, indikasi terpenting pembedahan septum nasi adalah obstruksi saluran pernapasan hidung sewaktu bernapas.

Ada 2 jenis tindakan operatif yang dapat dilakukan pada pasien dengan keluhan yang nyata yaitu reseksi submukosa dan septoplasti.

Reseksi subkumukosa (submucous septum resection, SMR) menjadi operasi yang mencapai puncaknya pada hari-hari peloporannya di awal abad XX. Pada operasi ini mukoperikondrium dan mukperiosteum kedua sisi dilepaskan dari tulang rawan dan tulang septum. Bagian tulang atau tulang rawan septum kemudian diangkat, sehingga mukoperikondrium dan mukoperiosteum sisi kiri dan kanan akan langsung bertemu di garis tengah. Pada umumnya operasi ini telah digantikan oleh rekonstruksi atau reposisi septum nasi.

Septoplasti atau reposisi septum. Pada operasi ini tulang rawan yang bengkok direposisi. Hanya bagian yang berlebihan saja yang dikeluarkan. Prosedur ini memakan waktu kira-kira 30 menit hingga 1 jam dengan pasien di bawah pengaruh sedasi intravena atau anestesi umum. Insisi kecil dibuat pada hidung sehingga tulang dan tulang rawan hidung dapat diinspeksi dengan baik. Tonjolan-tonjolan tulang yang ada disingkirkan. Tulang rawan yang menyimpang dikembalikan ke posisinya yang normal. Tulang-tulang juga dikembalikan ke tengah untuk menjamin aliran udara yang normal. Setelah itu sepasang splint/stent intranasal dipasang selama beberapa hari biasanya 5 – 7 hari, tergantung luas tindakan, dan biasanya pasien menggunakan pembalut hidung luar. Splint ini memungkinkan pasien dapat bernapas dengan melalui hidung dan memudahkan untuk menelan makanan.


Berikut ini ada video Youtube mengenai Endoscopic Septoplasty. 

Sabtu, 13 Oktober 2012

Serumen atau Kotoran Telinga

Serumen adalah hasil dari produksi kelenjar sebasea, kelenjar seruminosa yang terdapat di bagian kartilago liang telinga luar, epitel kulit yang terlepas, dan partikel debu. Serumen memiliki tugas cukup penting. Di antaranya untuk menangkap debu dan mikroorganisme, dan mencegahnya masuk ke struktur telinga yang lebih dalam. Selain itu juga akan menonaktifkan kuman/bakteri, menjaga kelembaban liang telinga ,hingga menangkap serangga yang terperangkap masuk ke lubang telinga. Beragam fungsi tersebut dimungkinkan karena kekhasan sifatnya yang lengket,kental serta berbau yang khas. 

Dalam keadaan normal serumen terdapat di sepertiga luar liang telinga karena kelenjar tersebut hanya ditemukan di daerah ini dan dapat keluar dengan sendirinya dari liang telinga (self-cleansing)  akibat migrasi epitel kulit yang bergerak dari arah membrana timpani menuju keluar serta dibantu oleh gerakan rahang sewaktu mengunyah.


Usaha untuk mengeluarkan (mengorek) dengan batang korek, jepit rambut atau benda lain akan dapat berbahaya karena justru mengakibatkan kotoran terdorong ke dalam (dapat menyumbat karena bagian dalam lebih sempit), serta adanya trauma terhadap kulit dan dapat menyebabkan infeksi dan kerusakan gendang telinga dan akhirnya dapat menyebabkan impaksi, otalgia (nyeri pada telinga) atau bahkan kehilangan pendengaran.

Kadang-kadang pada liang telinga dapat terjadi impaksi, yang dapat menyebabkan nyeri, rasa penuh dalam telinga dan atau penurunan pendengaran. Impaksi serumen adalah gangguan pendengaran yang timbul akibat penumpukan serumen di liang telinga dan menyebabkan rasa tertekan yang mengganggu.

Cara-cara untuk mengeluarkan serumen yang menumpuk di liang telinga, antara lain:
1.    Serumen yang lembek dibersihkan dengan kapas yang dililitkan pada aplikator (pelilit).
2.    Serumen yang keras dikeluarkan dengan pengait atau kuret.
3.    Serumen yang sangat keras (membatu), dilembekkan terlebih dahulu dengan karbogliserin 10%, 3 x 5 tetes sehari, selama 3 – 5 hari, setelah itu dikeluarkan dengan pengait atau kuret dan bila perlu dilakukan irigasi telinga dengan air yang suhunya sesuai dengan suhu tubuh.
4.  Serumen yang terlalu dalam dan mendekati membran timpani dikeluarkan dengan cara mengirigasi liang telinga dengan menggunakan air hangat bersuhu 37 oC agar tidak menimbulkan vertigo karena terangsangnya vestibuler.

Di bawah ini saya berikan link Youtube mengenai cara pengeluaran kotoran telinga yang dilakukan oleh dokter spesialis THT.