Septum nasi adalah suatu dinding yang memisahkan hidung menjadi dua rongga yang terdiri dari bagian karilago yang lunak, kartilago quadrangularis, tulang yang sangat tipis, lamina perpendicularis os ethmoidalis, dan tulang yang lebih tebal, yakni os vomer, dan bagian-bagian kecil dari os maxilla, os palatum, os nasal, dan os sphenoidalis
Bentuk septum normal adalah lurus di tengah dan memisahkan dua jalan aliran udara pada hidung tetapi pada orang dewasa biasanya septum tidak lurus di tengah. Deviasi septum adalah suatu keadaan dimana ada pergeseran septum dari garis tengah. Deviasi septum yang ringan (1 atau 2 mm) masih dalam batas normal dan tidak akan mengganggu, akan tetapi bila deviasi itu cukup berat, akan menyebabkan penyempitan pada salah satu sisi hidung.
Para ahli ada yang membagi deformitas septum nasi menjadi 4 dan ada yang membaginya menjadi 7 (klasifikasi Mladina). Pembagian menjadi 4 macam deformitas septum nasi meliputi:
- Deviasi,berbentuk huruf C atau S
- Dislokasi, yaitu bagian bawah kartilago septum keluar dari krista maksilla dan masuk ke dalam rongga hidung
- Penonjolan tulang atau tulang rawan septum, bila memanjang dari depan ke belakang disebut krista, dan bila sangat runcing dan pipih disebut spina
- Bila deviasi atau krista septum bertemu dan melekat dengan konka dihadapannya disebut sinekia. Bentuk ini akan menambah beratnya obstruksi.
Pembagian menjadi 7 macam deformitas septum nasi meliputi:
- Penonjolan unilateral yang tidak mengganggu katup hidung
- Penonjolan unilateral yang mengganggu fungsi katup hidung
- Satu penonjolan yang terdapat di bagian atas konka nasalis media
- Satu penonjolan di bagian atas konka nasalis media dan satu penonjolan lainnya di sisi yang berlawanan
- Satu jembatan terbentuk di bagian bawah septum
- Terdapat sulcus di bagian caudo-ventral septum, sedangkan di sisi yang berlawanan terbentuk jembatan sehingga menambah ketidaksimetrisan rongga hidung
- Pola yang merupakan campuran deformitas 1 – 6
Etiologi yang paling lazim adalah trauma, yang mungkin intrauterus atau timbul selama persalinan atau bahkan selama masa kanak-kanak dini atau lebih lanjut. Cedera selama masa pertumbuhan dan perkembangan mempunyai dampak yang lebih besar dibandingkan cedera serupa yang dialami setelah dewasa. Penyebab lainnya adalah ketidakseimbangan pertumbuhan. Tulang rawan septum nasi terus tumbuh, meskipun batas superior dan inferior telah menetap.
Penatalaksanaan bervariasi dari tidak melakukan apa-apa bila pada hakekatnya pasien asimtomatik, pemberian analgesik bila pasien menderita sakit kepala, dekongestan untuk mengurangi sekret, antibiotik untuk mencegah infeksi sampai pembedahan septum yang luas. Aspek pentingnya seberapa jauhgejala tersebut mengganggu pasien. Operasi ini harus dilakukan oleh ahli yang mengetahui cara pembedahan saluran pernapasan hidung.
Pembedahan deviasi septum mempunyai indikasi primer obstruksi saluran pernapasan hidung. Indikasi-indikasi lain timbul pada pasien yang mengalami epistaksis; pada kasus ini septum perlu dioperasi untuk membuang deformitas dan mencapai lokasi perdarahan. Suatu operasi mungkin diperlukan karena deformitas ini merupakan predisposisi bagi rinosinusitis berulang atau karena abnormalitas bermakna yang tidak hanya mengganggu fungsi saluran pernapasan hidung dengan menimbulkan obstruksi hidung tetapi juga menyebabkan gejala-gejala seperti nyeri kepala dan nyeri wajah. Indikasi lain bagi operasi septum nasi adalah untuk mencapai os sphenoidalis bagi lesi-lesi di sinus sphenoidalis, atau untuk mencapai sella tursika dan kelenjar pituitaria. Lebih lanjut, indikasi terpenting pembedahan septum nasi adalah obstruksi saluran pernapasan hidung sewaktu bernapas.
Ada 2 jenis tindakan operatif yang dapat dilakukan pada pasien dengan keluhan yang nyata yaitu reseksi submukosa dan septoplasti.
Reseksi subkumukosa (submucous septum resection, SMR) menjadi operasi yang mencapai puncaknya pada hari-hari peloporannya di awal abad XX. Pada operasi ini mukoperikondrium dan mukperiosteum kedua sisi dilepaskan dari tulang rawan dan tulang septum. Bagian tulang atau tulang rawan septum kemudian diangkat, sehingga mukoperikondrium dan mukoperiosteum sisi kiri dan kanan akan langsung bertemu di garis tengah. Pada umumnya operasi ini telah digantikan oleh rekonstruksi atau reposisi septum nasi.
Septoplasti atau reposisi septum. Pada operasi ini tulang rawan yang bengkok direposisi. Hanya bagian yang berlebihan saja yang dikeluarkan. Prosedur ini memakan waktu kira-kira 30 menit hingga 1 jam dengan pasien di bawah pengaruh sedasi intravena atau anestesi umum. Insisi kecil dibuat pada hidung sehingga tulang dan tulang rawan hidung dapat diinspeksi dengan baik. Tonjolan-tonjolan tulang yang ada disingkirkan. Tulang rawan yang menyimpang dikembalikan ke posisinya yang normal. Tulang-tulang juga dikembalikan ke tengah untuk menjamin aliran udara yang normal. Setelah itu sepasang splint/stent intranasal dipasang selama beberapa hari biasanya 5 – 7 hari, tergantung luas tindakan, dan biasanya pasien menggunakan pembalut hidung luar. Splint ini memungkinkan pasien dapat bernapas dengan melalui hidung dan memudahkan untuk menelan makanan.
Berikut ini ada video Youtube mengenai Endoscopic Septoplasty.
Penatalaksanaan bervariasi dari tidak melakukan apa-apa bila pada hakekatnya pasien asimtomatik, pemberian analgesik bila pasien menderita sakit kepala, dekongestan untuk mengurangi sekret, antibiotik untuk mencegah infeksi sampai pembedahan septum yang luas. Aspek pentingnya seberapa jauhgejala tersebut mengganggu pasien. Operasi ini harus dilakukan oleh ahli yang mengetahui cara pembedahan saluran pernapasan hidung.
Pembedahan deviasi septum mempunyai indikasi primer obstruksi saluran pernapasan hidung. Indikasi-indikasi lain timbul pada pasien yang mengalami epistaksis; pada kasus ini septum perlu dioperasi untuk membuang deformitas dan mencapai lokasi perdarahan. Suatu operasi mungkin diperlukan karena deformitas ini merupakan predisposisi bagi rinosinusitis berulang atau karena abnormalitas bermakna yang tidak hanya mengganggu fungsi saluran pernapasan hidung dengan menimbulkan obstruksi hidung tetapi juga menyebabkan gejala-gejala seperti nyeri kepala dan nyeri wajah. Indikasi lain bagi operasi septum nasi adalah untuk mencapai os sphenoidalis bagi lesi-lesi di sinus sphenoidalis, atau untuk mencapai sella tursika dan kelenjar pituitaria. Lebih lanjut, indikasi terpenting pembedahan septum nasi adalah obstruksi saluran pernapasan hidung sewaktu bernapas.
Ada 2 jenis tindakan operatif yang dapat dilakukan pada pasien dengan keluhan yang nyata yaitu reseksi submukosa dan septoplasti.
Reseksi subkumukosa (submucous septum resection, SMR) menjadi operasi yang mencapai puncaknya pada hari-hari peloporannya di awal abad XX. Pada operasi ini mukoperikondrium dan mukperiosteum kedua sisi dilepaskan dari tulang rawan dan tulang septum. Bagian tulang atau tulang rawan septum kemudian diangkat, sehingga mukoperikondrium dan mukoperiosteum sisi kiri dan kanan akan langsung bertemu di garis tengah. Pada umumnya operasi ini telah digantikan oleh rekonstruksi atau reposisi septum nasi.
Septoplasti atau reposisi septum. Pada operasi ini tulang rawan yang bengkok direposisi. Hanya bagian yang berlebihan saja yang dikeluarkan. Prosedur ini memakan waktu kira-kira 30 menit hingga 1 jam dengan pasien di bawah pengaruh sedasi intravena atau anestesi umum. Insisi kecil dibuat pada hidung sehingga tulang dan tulang rawan hidung dapat diinspeksi dengan baik. Tonjolan-tonjolan tulang yang ada disingkirkan. Tulang rawan yang menyimpang dikembalikan ke posisinya yang normal. Tulang-tulang juga dikembalikan ke tengah untuk menjamin aliran udara yang normal. Setelah itu sepasang splint/stent intranasal dipasang selama beberapa hari biasanya 5 – 7 hari, tergantung luas tindakan, dan biasanya pasien menggunakan pembalut hidung luar. Splint ini memungkinkan pasien dapat bernapas dengan melalui hidung dan memudahkan untuk menelan makanan.
Berikut ini ada video Youtube mengenai Endoscopic Septoplasty.